83. KEDUDUKAN HAMBA DI SISI ALLOH
٭اِذاَ اَردتَ اَنْ
تَعْرِفَ قدرَكَ عِندهُ فاَنْظُرْ ماَذاَ يُقِيمكَ فيهِ٭
83. ''Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di
sisi Alloh, maka perhatikan di dalam bagian
apa Alloh menempatkan engkau.''
Hikmah ini bisa diartikan dua kedudukan.
1. Awam(umum) yaitu:
apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan
diterima, Alloh akan menjalankan kamu pada apa-apa yang selalu
menjadikan Alloh Ridho spt selalu taat dan ibadah.dan apabila kamu
termasuk ahli celaka , maka Alloh akan menjalankan kamu pada perkara yang
menjadikan murkanya Alloh.
2. Khosh yaitu: jika kamu
ingin mengetahui kedudukan kamu disisi Alloh, maka lihatlah
kedudukan Alloh dihatimu.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
''Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di
sisi Alloh, maka hendaknya memperhatikan bagaimana
kedudukan Alloh dalam hatinya. Maka
sesungguhnya Alloh mendudukkan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu
mendudukkan Alloh dalam hatinya.''
Syeikh Fudhail bin Iyadh rodhiyallohu 'anhu berkata:
''Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadah kepada
Tuhan itu menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atau perasaan imannya terhadap
Tuhan, atau kedudukan Tuhan di dalam hatinya.''
Wahb bin Munabbih berkata:
''Aku telah memabaca dalam kitab-kitab Alloh yang
dahulu Alloh berfirman:
''Wahai anak Adam, taatilah perintah-Ku dan jangan engkau
beritahukan kepada-Ku apa kebutuhan yang baik bagimu. [Yakni engkau jangan
mengajari kepada-Ku apa yang baik bagimu].'' Sesungguhnya Aku [Alloh] telah
mengetahui kepentingan hamba-Ku, Aku memuliakan siapa yang taat pada
perintah-Ku, dan menghina siapa yang meninggalkan perintah-Ku, Aku tidak
menghiraukan kepentingan hamba-Ku, sehingga hamba-Ku memperhatikan hak-Ku
[yakni kewajibannya terhadap Aku].
84. NIKMAT LAHIR DAN BATIN
٭متىٰ رَزَقكَ
الطَّاعةَ والغِنىٰ بهِ عَنها فاَعْلم اَنَّهُ قد اَسْبَغ َ عليكَ نِعمَهُ ظاَهِرة
ًوباطِنَة ً ٭
84. "Ketika Alloh memberi rezeki kepadamu berupa
perasaan puas melakukan taat [ibadah] pada lahirmu, dan merasa cukup
dengan Alloh dalam hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran
bagimu kecuali Alloh. Maka ketahuilah bahwa Alloh telah
melimpahkan kepadamu nikmat lahir bathin".
Dua macam rezeki yang dinyatakan oleh Hikmah
84 ini adalah Islam dan Iman. Hamba Alloh yang memperoleh
keduaa rezeki tersebut menjadi insan yang beriman dan beramal sholih. Tidak ada
amal sholih tanpa iman dan tidak ada kenyataan iman tanpa amal sholih.
Ayat-ayat al-Quran sering menggabungkan iman dan amal sholih menjadi satu,
tidak dipisahkan.
Orang yang mengaku beriman tetapi tidak beramal menurut
apa yang diimaninya adalah dianggap sebagai orang yang berbohong, sementara
orang yang melakukan amal sholih sedangkan hatinya tidak beriman adalah
munafik. Kesempurnaan seorang insan terletak pada gabungan kedua-duanya, yaitu
iman dan amal sholih.
Seorang hamba dituntut dua macam, yaitu menurut
perintah Alloh dan meninggalkan larangan pada lahirnya, dan
hanya bersandar serta berharap kepada Alloh pada bathinnya.
Karena itu siapa yang di beri rezeki oleh Allohdemikian, berarti
telah menerima karunia nikmat Alloh yang sempurna lahir dan
bathin, dan menyampaikan pada cita-citanya didunia dan di akhirat.
85. SEBAIK-BAIK PERMINTAAN
٭خيرُماَ تطلُبُهُ منهُ
ماهُوَ طالبُهُ منكَ ٭
85. "Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Alloh,
ialah bisa mengerjakan apa-apa yang Alloh perintahkan kepadamu".
Ingatlah!
Pada setiap waktu dan setiap keadaan pasti disitu ada tuntutan/kewajiban
dari Alloh,maka sebaik-baik yang harus engkau minta
kepada Alloh supaya tetap iman, patuh, taat pada semua perintah dan
larangan, istiqomah dalam pengabdian diri kehadirat Alloh. Itulah
sebaik-baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk akhirat,
sebab hanya itulah bahagia yang tiada bandingnya.
Karena itu
sebaik-baik doa ialah:
"Ya Alloh aku
mohon kepada-Mu, ridho-Mu, dan surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari
murka-Mu dan api neraka".
86. TANDA ORANG YANG TERTIPU
٭الحزنُ علٰى فِقداَنِ
الطَّاعةِ مع عدمِ النُّهوْضِ اليها من علامات الاِغتِرارِ ٭
86. "Merasa susah karena tidak dapat melakukan suatu amal
ibadah yang disertai oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa
ia terpedaya [tertipu] oleh syaitan".
Jika
ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat kesempatan
tidak segera melakukannya, maka itu suatu tanda telah dipermainkan oleh nafsu
dan syaitan. susah yang seperti ini adalah susah yang bohong, dan nangis yang
seperti ini juga nangis yang bohong. Sebagai mana dikatakan sebagian
ulama’ “Banyak mata yang menangis akan tetapi hatinya masih keras. karena orang
tersebut tidak aman dari tipuan Alloh yang samar.Alloh tidak
memberikan pada orang tersebut apa yang manfaat pada dirinya tapi malah memberi
sesuatu yang membohongi dirinya, yaitu susah dan menangis yang bohong. Adapun
susah yang sesungguhnya yaitu, susah yang mendorong dirinya untuk melakukan
taat yang disertai nangis yang benar. dan itu termasuk dari maqomnya salik.
Bersabda
Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:
"Sesungguh Alloh menyukai pada tiap hati yang selalu berduka
cita".
Syeikh Abu
Ali ad-Daqqo’ berkata:
"Seorang
yang menyesal dapat menempuh jalan menuju kepada Alloh dalam waktu
satu bulan, apa yang tidak dapat ditempuh oleh orang yang tidak menyesal dalam
beberapa tahun. Karena itu termasuk dalam sifat utama bagi
Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam. Mutawashilul-ahzan,
daa'imul fikir. Rosululloah shollallohu 'alaihi wasallam, selalu
merasa berduka cita dan selalu berfikir [merenung]".
Sayyidah
Robiah al-Adawiyah mendengar seseorang berkata:
''Alangkah
sedihnya". Maka Rabiah berkata:
''Katakanlah,
Alangkah sedikitnya rasa sedihku, sebab bila engkau benar-benar merasa sedih,
tidak berkesempatan lagi untuk bersuka cita".
87.TANDA-TANDA ORANG ‘ARIF
٭ماَالعاَرِفُ مَن اذاَ
اَشارَ وجدَ الحَق َّ اقرَبَ اليهِ مِنْ اِشارَتِهِ ، بلِ العارفُ مَن لاَ اِشارَة
َ لهُ لِفَناءـهِ في وُجُوده وانطِواَءـهِ في شهوُدهِ ٭
87. "Tidak disebut orang arif itu, orang yang
bila ia memberi isyaroh sesuatu ia merasa bahwa Alloh lebih dekat
dari isyaroh-Nya, tetapi orang arif itu ialah yang merasa tidak mempunyai
isyaroh, karena merasa lenyap diri dalam wujudAlloh, dan diliputi oleh
pandangan [syuhud] kepada Alloh".
Hikmah yang lalu menerangkan
keadaan orang awam yang dihijab oleh cahaya dunia dan syaitan sehingga mereka
tidak jadi untuk berbuat taat kepadaAlloh . Hikmah 87 ini pula menerangkan
keadaan orang yang berjalan pada jalan Alloh dan sudah mengalami
hakikat-hakikat,tetapi cahaya hakikat masih menjadi hijab antara dirinya
dengan Alloh, Pengalaman tentang hakikat menurut istilah tasawuf disebut
isyaroh tauhid. Isyarat-isyarat tersebut apabila diterima oleh hati maka hati
akan mendapat pengertian tentang Alloh. Isyarat-isyarat demikian
membuatnya merasa dekat dengan Alloh . Orang yang merasa dekat
dengan Alloh, tetapi masih melihat kepada isyarat-isyarat tersebut masih
belum mencapai makam arifbillah. Orang arifbillah sudah melepas isyarat-isyarat
dan sampai kepada Alloh yang tidak boleh diisyaratkan lagi. Maqom ini
dinamakan fana-fillah atau lebur kewujudan diri dalam Wujud Mutlak dan penglihatan
mata hati tertumpu kepada Alloh semata-mata, yaitu dalam keadaan:
Tiada sesuatu sebanding dengan-Nya.
Tidak ada nama yang mampu menceritakan tentang Dzat-Nya. Tidak
ada sifat yang mampu menggambarka n tentang Dzat -Nya. Tidak ada isyarat yang
mampu memperkenalkan Dzat -Nya. Itulah Alloh yang tidak ada
sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Maha Suci Alloh dari apa yang
disifatkan.
Yakni, siapa yang masih mempunyai pandangan kepada sesuatu
selain Alloh, maka belum sempurna sebagai seorang [yang mengenal
kepada Alloh]. Tetapi seorang arif yang sesungguhnya, ialah yang merasakan
kepalsuan sesuatu selain Alloh, sehingga pandangannya tiada lain kecuali
kepada Alloh.
Seorang ‘arif ditanya tentang apakah fana’ itu? Beliau menjawab,
“Fana’ ialah Muncul/terlihatnya sifat keagungan dan
kemegahan Alloh pada hamba-Nya, sehingga hamba tersebut jadi lupa
akan dunia, lupa akhirat, lupa derajat, lupa makom, hal,dzikir. lupa akalnya,
lupa dirinya sendiri, lupa fana’nya sebab tenggelam dalam takdhim
kepada Alloh ta’ala.”
ROJA’ (HARAPAN) DAN TAMANNI (KHAYALAN)
٭الرَّجاءُ ماَ
قاَرَنهُ عملٌ وِالاَّ فهُوَ اُمْنِيَّةٌ ٭
88. "Pengharapan (Roja’) yang sesungguhnya ialah yang
disertai amal perbuatan kalau tidak demikian, maka itu hanya angan-angan
[khayalan] belaka".
Yang dinamakan roja’ yaitu pengharapan yang dibarengi dengan
amal. apabila tidak dibarengi amal tapi malah malas beramal dan masih berani
melakukan maksiat dan dosa pengharapan itu disebut umniyyah atau lamunan. dan
dia tertipu deng belas kasih Alloh.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang yang sempurna
akal ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap-siap untuk memghadapi maut,
sedang orang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap
berbagai macam harapan".
Syeikh Ma'ruf al-Karkhi berkata:
"Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan
mengharap syafa'at tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharap rahmat dari siapa
yang tidak engkau taati perintahnya berarti bodoh".
Al-Hasan rodhiyallohu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya ada beberapa orang oleh angan-angan keinginan
pengampunan, sehingga mereka keluar dari dunia [mati], sedang belum ada bagi
mereka kebaikan sama sekali. Sebab mereka berkata: Kami baik sangka
terhadap Alloh. Padahal berdusta dalam pengakuan itu, sebab andaikan
mereka baik sangka terhadap Alloh, tentu baik pula perbuatannya. Al-Hasan
lalu membacakan ayat Qur'an:
وَذٰ لِكمُ ْ ظَنُّكمُ
ُالَّذىِ ظَنـَنـْتُمْ بِرَبِّكُم اَرْداكمُ ْ فَاَصبَحْتـُمْ من الخاَسِرِينَ
“Itulah persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu,
maka kamu termasuk orang-orang yang rugi".
Al-Hasan berkata: Wahai hamba Alloh berhati-hatilah
kamu dari angan-angan [khayalan] yang palsu, sebab itu sebagai jurang
kebinasaan, kamu akan lalai karenanya. Demi Alloh, tidak
pernah Alloh memberi pada seorang hamba kebaikan semata-mata karena
angan-angan belaka, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.
PERMINTAAN orang ARIF BILLAH
٭مَطْلَبُ العارفينَ
مِنَ اللهِ تعالى الصِدق ُ في العُبُوديةِ والقِيامُ بحُقوُقِ الرُّبُوبيَّةِ ٭
89. "Permintaan orang yang sudah makrifat
kepada Alloh, hanya semoga dapat bersungguh-sungguh dalam menghamba dan
tetap dalam menunaikan hak-hak kewajiban terhadap Tuhan".
93-94. RAHASIA PEMBERIAN dan PENOLAKAN ALLOH
٭ رُبَّماَ اَعْطاكَ
فمَنَعكَ وَرُبَّماَ منَعَكَ فأَعْطاكَ ٭
93." Terkadang Alloh memberimu
kekayaan/kesenangan dunia, tetapi Alloh menahan tidak memberimu
perkara yang hakikatnya baik padamu(taufiq dan hidayah-Nya). dan
terkadang Alloh menahan (tidak memberi) kamu dari kesenangan dunia
tetapi pada hakikatnya memberikan kepadamu taufiq dan hidayah-Nya".
Jadi apabila Alloh tidak memberi apa yang
menjadi syahwat keinginanmu dan apa yang enak menurut perasaan nafsumu,
hakikatnya itu adalah pemberian yang agung dari Alloh, dan kamu dilepaskan
dari apa yang menjadi kepentingan nafsumu.
Sebaliknya walaupun kelihatannya itu sebagai pemberian
dari Alloh (dikabulkannya do’amu) pada hakikatnya itu sebagai
penolakan dari Alloh.
Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Aroby berkata: “jika ditahan (tidak
diberi) permintaanmu maka hakikatnya engkau telah diberi,dan jika permintaanmu
segera diberikan maka hakikatnya, telah ditolak dari sesuatu yang lebih besar.
karena itu utamakan tidak dapat dari pada dapat, dan sebaiknya hamba tidak
memilih sendiri, tapi menyerahkan sepenuhnya kepad Alloh yang
menjadikannya. dan yang mencukupi segalakebutuhannya”.
٭ مَتٰى فتَحَ لكَ
باَبَ الفـَهْمِ فِى المَنْعِ عاَدَ المَنْعُ هُوَ عَيْنُ العطاَءِ ٭
94. "Apabila Alloh telah membukakan pengertian
(faham) tentang penolakan-Nya, maka berubahlah penolakan itu hakikatnya menjadi
pemberian".
Sesuatu yang sangat menghalangi perjalanan
kerohanian seorang murid adalah keinginan diri sendiri. Dia berkeinginan
sesuatu yang menurutnya akan membawa kebaikan kepada dirinya. keinginan atau
hajat keperluannya itu mungkin tentang dunia, akhirat atau hubungan
dengan Alloh swt. Jika hajatnya tercapai dia merasa menerima karunia
dari Alloh. Jika hajatnya tidak tidak dikabulkan dia akan merasa itu
sebagai penolakanAlloh. dan merasa jauh dari Alloh. Orang yang berada pada
peringkat ini selalu mengaitkan makbul permintaan atau do'a, dengan kemuliaan
di sisi Alloh. Jika Allohmengabulkan permintaannya dia merasa itu
adalah tanda dia dekat dengan-Nya. Jika permintaannya ditolak dia merasa itu
tanda dia jauh. Anggapan begini sebenarnya tidak tepat. Tidak semua penerimaan
do'a itu menunjukkan dekat dan tidak semua penolakan itu menunjukkan jauh.
Apabila Alloh telah memperlihatkan kepadamu hikmah
kebijaksanaan-Nya dalam apa yang di jauhkan-Nya dari kamu, maka itu berarti
suatu karunia Tuhan kepada mu. sehingga terasa olehmu keselamatanmu dunia dan
akhiratmu.
95. LAHIR DAN BATINNYA ALAM(DUNIA)
٭ اَلاَكـْواَنُ
ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ اِلىَ ظاَهِرِ
غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ ٭
95. "Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya
sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata
hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".
Dunia ini bila dilihat dari lahirnya
akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang
yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga
melupakan Alloh sang pencipta dan penguasa dunia.
Alloh berfirman: “Maka janganlah kamu tertipu oleh
kehidupan dunia”.
Firman Alloh: WAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL
GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.)
Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya),
akan menjadikan pelajaran bagi kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita
lihat akan membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia
tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Alloh.
96. “CARILAH KEMULIAAN YANG ABADI”
٭ اذا اَرَدتَ اَنْ
يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ ٭
96. " jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak
punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak".
Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam
cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang
mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara
demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.
Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya
kemuliaanAlloh, maka bergantunglah
dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak. adapun
jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan
akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang
tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.
Alloh berfirman:" Apakah merka mengharapkan pada
apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan
itu semuanya milik dan hakAlloh ta'ala".
Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun
al-rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya,
lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan
keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah
dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum.
kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah
dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba
orang yang dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih
tertutup dengan semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan
ditanya: Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang
memasukkan saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau
kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.
kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya
untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil
memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid
menghinakan orang yang telah di mulyakan Alloh, maka tidak bisa...
Seorang datang kepada seorang 'Arif sambil menangis,
maka ditanya oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku
telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa
mati.
97.“AT-THOYYU”
(melipat/menyingkat jarak/waktu)
٭ اَلطَّيُّ الحقِقيُّ
اَنْ تطوٰى مساَفة ُ الدُّنْياَ عَنْكَ حَتَّى ترَىالاٰخِرَةَ اَقْرَبَ اِليكَ
منكَ ٭
97. "Menyingkat/melipat jarak yang hakiki ialah jika engkau
bisa menyingkat jarak dunia ini, sehingga engkau dapat melihat akhirat itu
lebih dekat kepadamu dari pada dirimu sendiri".
Hikmah ke 97 ini menerangkan tentang at-thoyyu al-haqiqy,
yang diberikan kepada para kekasih Alloh, dengan thoyyu al-haqiqy Alloh
memulyakan para wali-wali-Nya. Bukan melipat jaraknya perjalanan di bumi
(Indonesia- makkah bisa ditempuh hanya satu langkah atau kedipan mata,
Dan juga bukan menghabiskan masa siang malam dengan sholat dan
puasa semata-mata. Karena itu semua bisa bercampur dengan sifat riya’ ujub dll.
At-Toyyul haqiqyy itu diberikan pada orang-orang
yang telah bersinar Nurul yaqin dalam hatinya, sehingga dia melihat dunia akan
hilang dari pandangannya, dan melhat akhirat ada dekat didepannya. Orang yang
seperti ini tidak mungkin akan mencintai dunia, karena dia tahu rusaknya dunia.
Dalam keterangan lain Ibnu 'Athoillah
berkata: Andaikata Nur keyakinan itu telah terbit terang di hati mu,
pasti engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu daripada engkau akan
pergi kesana, dan pasti dapat melihat segala keindahan dunia ini diliputi
suramnya kerusakan dan kehancuran yang akan menimpa kepadanya.
98. “HAKIKAT
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”
PEMBERIAN DARI MAKHLUK”
٭ العَطَاء مِنَ
الخَلقِ حِرْماَنٌ والمنْعُ من اللهِ اِحْسانٌ ٭
98. "Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian(penghalang),
dan
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".
penolakan dari Alloh itu suatu pemberian kebaikan dan karunia".
Hikmah ini merupakan ucapan ahli tauhid yang sebenarnya. Orang
yang
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
benar-benar bertauhid menganggap bahawa sekiranya mereka menerima pemberian
makhluk sedangkan hatinya tidak melihat bahawa pemberian itu sebenarnya dari
Alloh, maka dia menerima pemberian itu suatu kerugian.
Sedangkan penolakan Alloh atas permintaanmu itu hakikatnya suatu
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
pemberian dan anugerah dari Alloh, karena Alloh menempatkan kamu dipintu
Rahmat-Nya dan menyelamatkan kamu dari terhalang dengan-Nya.
Ali bin Abi Tholib berkata: Jangan
merasa
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
adanya yang memberinikmat kepadamu selain Alloh, Dan anggaplah segala nikmat
yang kamu terima dari selain Alloh sebagai kerugian. (yakni: diantara engkau
dengan Alloh tidak ada perantara, maka semua nikmat yang kamu terima
semata-mata dari Alloh, dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari
sesama manusia, maka itu sebagai kerugian bagimu.)
Seorang Hakim berkata: Menanggung
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).
budi kebaikan dari manusia itu lebih berat dari pada sabar karena
kekurangan(ketiadaan).
Pemberian dari Makhluk itu, pada umumnya menyebabkan terhijab dari
Alloh, sehingga tidak ingat pada alloh. dan merasa berhutang budi kepada sesama
manusia, dan inilah letak kerugian moril. sebaliknya penolakan dari Alloh yang menyebabkan kita ingat Alloh itu, berarti suatu karunia nikmat yang
besar dari Alloh.
99-101. “AMAL DAN BALASAN DARI ALLOH”
٭ جَلَّ رَبُّناَ اَنْ
يُعاَملهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجاَزِيهُ نَسِيْـءَـةً ٭
99. "Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal
kontan (segera) dan di balas kemudian hari".
Pembalasan amal itu tidak khusus di akhirat saja, tapi kadang
sebagian ada yang di wujudkan didunia,supaya mendorong semangatnya amal, dan
sebagai tanda diterimanya amal.
٭ كَفىَ من جَزَاءهِ
اِيَّاكَ علىَ الطاَّعةِ اَنْ رَضِيكَ لها اَهْلاً ٭
100."Cukuplah menjadi balasan Alloh atas ketaatanmu jika
Alloh ridho menjadikan engkau ahli taat beribadah."
Apabila tidak ada Ridho Alloh, pasti sifat
manusia itu malas melakukan taat dan tidak memperhatikan ibadahnya.
Jadi apabila Alloh memberi kemudahan bisa melaksanakan ibadah,
hakikatnya itu suatu pembalasan dan anugerah yang sangat besar yang ada di
dunia.
Ingatlah! Kita itu mahluk yang hina, tidak berhak dan pantas
mengabdi/hidmah kepada Raja diRaja (ALLOH), jadi kalau Alloh mendekatkan kita
bisa mengabdi kepada-Nya, dan Alloh ridho kepada kita menjadi ahli hidmah, itu
suatu nikmat yang sangat besar.
Taufiq dan hidayah dari Alloh yang diberikan kepada seorang
hamba itu sebagai karunia yang sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab
dengan hidayah dan taufiq itulah seorang hamba dapat menerima nikmat dan
bahagia dunia akhirat.
٭كفىَ العاَمِلِينَ
جَزَاءً ماَهوَ فاَتِحُهُ على قلوبِهِمْ فِي طاَعَتِهِ وَماَ هُوَ مُورِدُهُ
عليهِمْ من وُجُودِ موءَانَسَتِهِ ٭
101. “Cukuplah sebagai balasan dari Alloh pada orang-orang yang
beramal,apa yang telah dibukakan Alloh dalam hati mereka dari kebiasaan melakukan
taat dan apa yang di berikan Alloh pada mereka berupa kesenangan berdzikir
kepuasan berkholwat,menyendiri dengan Alloh”.
Tidak ada nikmat didunia ini yang menyamai/menyerupai nikmat
surga, kecuali nikmat yang dirasakan oleh ahli dzikir,dalam perasaan hati
102.
“BERIBADAH JANGAN MENGHARAP SESUATU SELAIN ALLOH”
٭ مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ
اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ
اَوْصَافِهِ ٭
102. ”Barang siapa menyembah
Alloh karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia
belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Alloh”.
Sebagai hamba Alloh
kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya
Alloh, bukan karena pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA
MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.
Alloh telah menurunkan wahyu
pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang
beribadah bukan karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang
berhak untuk disembah.
Dalam kitab zabur disebutkan:
Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau
neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak
untuk disembah..
Nabi saw.bersabda:
Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu
bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh
Yang busuk jika tidak di
bayar tidak bekerja.
Sebab sebenarnya pemberian
Alloh kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya,
nafasnya,panca indranyadan kesehatannya dan lain-lainnya.
Abu Hazim berkata: Saya malu
menyembah Alloh karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar
tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang
jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta
kepadaNya.
Sufyan As-tsaury minta
nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang
baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.
103-104.
“MEMAHAMI
RAHASIA PEMBERIAN DAN PENOLAKAN ALLOH”
٭ مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ
مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ
وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ لُطْفِهِ عليْكَ ٭
103. “Apabila Alloh memberi
karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan
apabila Alloh menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu
kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan
mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.
.
Kuwajiban bagi tiap hamba
harus mengenal Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa
yang tidak mau mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau
mengenal dengan sifat
Mani’(menolak)
Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat
Alloh, maka terasa bahwa semua itu semata-mata karunia dari Alloh kepada
hambaNya.
Sufyan as-tsaury
bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya:
Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh
memberkahi apa yang dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai
Sufyan, tidak ada suatu kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan,
Benar. Ditanya lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada
kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu berarti
pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak
ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan,
Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada
kesibukan, kemudian Abu habib menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan
Astsaury.
٭ اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ
فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ ٭
104. “Sesungguhnya sebab
terasa pedihnya penolakan Alloh kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti
hikmah rahmat Alloh dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.
Sebagian dari tanda memahami
penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari Alloh yaitu:
1. Kita bisa memahami
Bahwasannya Alloh menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung
kepadaNya, dan tanda dikasihi Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya
maka hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami
Bahwasannya Alloh akan menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan
Alloh. Seperti kata Syeih al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau
memberi lapar padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku
dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu
kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.
3. Kita bisa memahami
Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang
dengan simpana untuk kita besok di akhirat.
Dengan memahami
itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita
bisa memahami bahwa penolakan dari Alloh itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh
tidak memberi itulah Hakikatnya pemberian Alloh.
Tiada sempurna Iman
dan keyakinan seseorang kepada Alloh sebelum ia memiliki dua sifat:
1. Percaya
penuh kepada Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Alloh.
2. Bersyukur
kepada Alloh karena dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain
yaitu berupa kekayaan dunia.
Juga tidak sempurna iman
keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Alloh sesuatu yang manfaat.
Dan penolakan Alloh itu karena madhorot/bahaya.
105-106.
“JANGAN
MENYOMBONGKAN AMALMU”
٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ
فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً
فِي الوُصوُلِ ٭
105.”Terkadang Alloh
membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan),
Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab
Wusul (sampaimu) kepada Alloh”.
Taat itu
terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti
ujub(bangga dengan amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dengan
merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya, dan
menjadikan dia meminta ampun kepada Alloh sehingga menjadi sebab Alloh
mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Alloh.
Abu hurairoh ra.
berkata: Bersabda Nabi saw. “Demi Alloh yang jiwaku ada di tanganNya,
andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Alloh akan menyingkikan
(mematikan)kamu, dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta
ampun kepada Alloh, lalu di ampuni oleh Alloh.
٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ
واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭
106.”Maksiat (dosa) yang
menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Alloh,itu lebih baik dari
perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.
Merasa
hina,rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Alloh. Syeikh
Abu Madyan berkata: inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I Perasaan
rendah diri yang telah berbuat dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang
yang taat.
Ada kalanya seorang
hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga
menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya. Dan ada kalanya seorang berbuat
dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Alloh, yang
menyebabkan keselamatan pada dirinya.
As-sya’by meriwayatkan dari
Al kholil bin Ayyud, bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika
ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani
israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid. Maka ketika pelacur
itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata:
pergi kau dari sini. Maka Alloh menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Alloh)
telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka
berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.
Al-harits Al-muhasiby
berkata: Alloh menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan
batinnya(hati), maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan
pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri, maka ketika itu pelacur itu lebih taat
kepada Alloh dari si aabid dan alim.
Ada pula kisah: seorang aabid
bani israil sedang sujud, tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu
berkata: angkat kakimu, Demi Alloh aku tidak akan mengmpunkan engkau. Maka
alloh menjawab: Hai orang yang bersumpah atas namaKu, bahkan engkau tidak
diampunkan karena kesombonganmu. Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa
diri besar disisi Alloh, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni
Alloh.
107-108.
“NIKMAT
IiJAD(diciptakan) dan
NIKMAT
IMDAD(kelanjutan)”
٭ نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ
ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ
٭
107.”Ada dua nikmat yang
tidak ada satu mahlukpun yang terlepas dari keduanya, yaitu nikmat
ciptaan(diwujudkan) dan nikmat kelanjutan.
Karena tiap makhluk asalnya
tidak ada, maka nikmat yang diterima pertama kali adalah nikmat
iijad/diciptakanAlloh yang menjadikannya ada.kemudian dilanjutkan dengan nikmat
Imdad/kelanjutan hidup, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak
dilengkapi kebutuhan hidup maka tidak akan dapat bertahan hidup.
٭ اَنْعَمَ عليكَ اوَّلاً بِالاِيجَادِ
واثاَنياً بِتَوالى الاِمدادِ ٭
108. “Pada mulanya Alloh
memberi nikmat kepadamu berupa iijad/diwujudkan, kemudian nikmat yang kedua:
melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang terus-menerus(bantuan/pertolongan
Alloh)”.
Alloh
berfirman: wa-asbagho ‘alaikum ni’mahuu-dhohirotan-wa-baathinah.(Alloh
menuangkan kepadamu nikmat lahir batinyang terang dan samar, dan yang tidak
terasa.)
Dan firman Alloh: “Tetapi
Alloh yang mencintakan kamu kepada iman,dan Alloh menghias iman itu dalam
hatimu, dan Alloh yang membencikan kamu kepada kufur(kekafiran)dan pelanggaran
dan maksiat dosa. Merekalah orang yang dapat petunjuk, itu semua karunia dari
Alloh dan nikmat, dan Alloh maha mengetahui lagi bijaksana. Al-hujurat 8”.
Dzun-Nun Al-Mishri berkata:
Siapa yang dalam tauhid itu merasa seolah-olah sebagai hasil kecerdasannya
sendiri, maka tauhid itu, tidak dapat menyemenyelamatkannya dari api neraka,
sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun karunia dari Alloh ta’ala.
Seseorang
apabila telah merasa asal kejadiaannya dari Alloh dan kelanjutannya pun
dari Alloh, merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan
ia tidak dapat melepaskan diri dari Tuhan yang di hajatkannya pada tiap detik
dalam wujudnya
109-110.
“SIFAT
ASLI MANUSIA dan
WAKTU
TERBAIK UNTUK HAMBA”
٭ فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ
الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ
لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ ٭
109. “ Kefakiran/kebutuhanmu
itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab/kejadian yang
menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu
dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan
dengan sesuatu yang sementara”.
Hikmah ini menjadi
kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menerangkan nikmat pemberian dari
Alloh.
Jadi jelas sudah, bahwa
wujud/kejadianmu itu pemberian/ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan
tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa
kebutuhan/kefakiran itu asli dalam kejadianmu.
Jadi apabila kamu lupa dengan
kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam
kondisi sehat, punya harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika
engkau lupa asal kejadianmu, maka Alloh memberi padamu peringatan berupa
penyakit, kekurangan harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu
(fakir). Sehingga kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.
Sebagian ulama’ mengatakan :
mengapa firaun mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha
tinggi.), itu dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit.
Firaun dalam waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia
pernah sekali saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan
mengku menjadi Tuhan.
110.
“WAKTU TERBAIK UNTUK HAMBA”
٭ خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ
فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ ٭
110.” Sebaik-baik waktu dalam
hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran /
kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”.
Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh dan putus
hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar
kebutuhanmu kepada Alloh, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong
meringankan kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada
saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.
Diceritakan: Syeih ‘Ato’
as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia
tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah
senang, dan berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan
kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
Syeih
Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada
makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Alloh
dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya
para kekasihMu? .
111. “AL-UNSU
(ketenangan jiwa)”
٭ مَتٰى اَوحَشكَ من
خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ ٭
111.” Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka
ketahuilah bahwa alloh akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang
kepada Alloh”.
Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang
karunia pemberian Alloh kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan
kehinaan kita.
Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda
orang-orang yang sudah bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan
hati). Yaitu Ketika Alloh telah membuka pintu ketenangan menghadap Alloh,maka
kamu benar-benar menjadi hamba Alloh, dan kamu akan merasa jemu dengan
selainNya(mahluk), karena merasa mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya
mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia
diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut dan mahluk-mahluk yang ada di langit,
kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak.
Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba Alloh yang sesungguhnya.
112-113.
“RAHASIA BERDO’A”
٭ مَتٰى اَطـْلَقَ
لِساَنَكَ بِاالطَلَبِ فَاعلمْ اَنَّهُ يُرِيدُ ان يُعْطِيكَ ٭
112.” Apabila Alloh telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka
ketahuilah bahwa alloh akan memberi kepadamu”.
Yakni ketika alloh melepaskan lidahmu dari
diam(tidak meminta) yang timbul karena kamu merasa kaya dan tidak butuh dan
tidak melihat kefakiranmu, sehingga kamu mau meminta/berdo’a dengan lisanmu
kepada Alloh, itu disebabkan kamu sadar dengan kefakiranmu, pasti Alloh akan
memberi kepadamu. Karena Alloh telah berjanji akan mengijabah do’a orang-orang
yang sangat berhajat.
Abdulloh binUmar berkata: Rosululloh saw.bersabda : Siapa
yang telah mendapatkan izin berdo’a, berarti telah dibukakan baginya pintu
rahmat, dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Alloh dari pada
dimintai ampunan dan selamat dunia akhirat.
Dalam Hadits lain: Rosululloh saw. bersabda: Siapa
yang telah diberi kesempatan berdo’a, maka tidak akan diharamkan dari
ijabah(diterimanya do’a)
Anas bin Malik berkata: Rosululloh saw. Bersabda: Apabila
Alloh kasih sayang kepada seorang hamba, maka diturunkan kepadanya bala’, maka
bila ia berdo’a, Malaikat berkata: suara yang sudah terkenal, Jibril berkata;
Tuhanku, hambaMu fulan, sampaikan hajatnya. Alloh menjawab: Biarkan saja
hambaku, Aku suka mendengar suaranya, maka apabila hamba berkata: Ya Robbi,
Alloh menjawab: Labbaika hambaKu, tiada engkau berdo’a kecuali Aku sambut, dan
tiada engkau meminta melainkan pasti Aku berikan,ada kalanya aku segerakan
pemberianku untukmu, atau aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu.
Atau Aku tolak dari padamu bala’ yang lebih besar dari itu.
٭ العاَرِفُ لاَ
يَزوُلُ اِضْطرَارُهُ ولاَ يَكُوْنُ معَ غَيْرِالله قرَارةٌ ٭
113.” Seorang aarif tidak akan hilang rasa hajat kebutuhannya
kepada Alloh, dan tidak pernah merasa tenang, atau bersandar
kepada sesuatu selain Alloh”.
Seorang Arif mempunyai hati yang sangat halus dan adab
sopan santun yang sangat tinggi terhadap AllOh. Dia mengenali karunia dan
kekuasaan Alloh, pada nikmat penciptaan(ijaad) dan nikmat kelanjutan kewujudan
(imdaad)yang diciptakan Alloh. Dia meyakini bahawa tiada satu detik pun makhluk
bisa terlepas dari ketergantungan kepada Alloh.
Seorang ‘Aarif selalu merasa berhajat kepada Alloh,
sebab memang tidak ada Sesutu yang bisa memuaskan kepadanya selain Alloh,. Juga
karena sadar benar-benar terhadap kekuasaan Alloh disamping kelemahan dan
kebutuhan diri sendiri kepada Alloh.
114.
“HATI DITERANGI DENGAN NUR SIFAT-NYA”
٭ اَناَرَالظواَهِر
بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ
اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ
قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ
٭
114.”Alloh telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya
makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena
itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya
hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu
malam,” “tetapi mataharinya hati tidak pernah terbenam”.
Alloh menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang
dan matahari yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh
menerangi Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari
sifat-sifat Alloh, maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.
Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya
memperhatikan sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.
Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang
makanan (qut) jawabnya:Huwa-alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup
dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu ,
tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan
sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya :
apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada mulanya
dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan pada yang
membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak kembalikan pada
yang membuat untuk di perbaiki.
115-116.
“SIKAP MENGHADAPI BALA’ & UJIAN”
٭ لِيُخَفِّفْ اَلَمَ
البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى لكَ. فالذِىواجْهَتكَ
منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ ٭
115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan,
karena engkau mengetahui bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’) padamu.maka
Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi
sebaik-baik apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan
kau merasakan sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.
Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu
punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain waktu
bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu
juga terbaik untukmu.
Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu
mendapat Taufiq karunia Alloh, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu
menghadapi bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa
khoirul-lakum (Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik
untukmu).
Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina
dan penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya
ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Alloh, dan
jelek akibatnya.
Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary
as-saqothy, tiba-tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya
telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata
kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta
kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan puluh
persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka
lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat
neraka, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian
aku membuat bala’, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari
sisa-sisanya itu.
Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak
mau, surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu
tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui
keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan
sanggup menanggungnya walaupun bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka:
Apabila Engkau yang menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah
sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku yang sebenarnya.
٭ مَنْ ظَنَّ
اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ ٭
116.” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh
sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu
disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.
Rosululloh saw. Bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap
segala apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.
Rosululloh saw. Bersabda: jika Alloh belas
kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya,
jika telah ridho maka diistimewakan”.
Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ”Siapa
yang dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah
bala”.
Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda
Rosululloh saw.: “Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa
penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan
menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.
Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda:” Tiada
seorang muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih
ringan dari itu melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun
pohon”.
Kita jangan menjadi orang yang
dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat
karunia dari Alloh dalam takdir musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman
keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap Alloh ta’ala yang maha
bijaksana dan rahmat.
Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali
karunia Alloh yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:
Sebab bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.
Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya,
hilang sifst-sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai
dunia.
Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho,
tawakkal, zuhud dan ingin bertemu dengan Alloh.
Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..
Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga
puluh tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan
lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang
saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat
penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau
menangis? Jawabnya: karena aku melihat keadaanmu, imron berkata: jangan
menangis, karena aku suka pada apa yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron
berkata; saya akan berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau
buka kepda orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah
padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang dengan adanya
mereka.
Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan
harus di potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi
obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata:
jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan
ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup
bagiku yakni rohmat Alloh).
Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya
mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum
muslimin, lalu ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah
saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Alloh, jika Engkau
ambil, masih banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak
selamatnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar