Minggu, 25 Desember 2016

LIMA JALAN PENYEMBUH HATI



A. Pendahuluan
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, apabila baik maka akan baik pula seluruh jasadnya dan apabila daging itu buruk maka akan buruk pula jasad seluruhnya, ketahuilah bahwa dia adalah hati (Muttafaq ‘alaih).
Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan hati dalam kehidupan manusia.

Menurut Imam Ghozali (1984) hati mempunyai dua pengertian, pertama berarti segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri, yang didalamnya ada rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber roh. Kedua berarti yang halus bersifat ketuhanan dan rohaniah yang ada hubungannya dengan hati jasmani tadi.
Hati dalam arti kedua ini adalah hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif, yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Tuhan, yang akan disiksa, dicela dan dituntut segala amal perbuatannya.

Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan bahwa taat kepada Allah dengan tidak menurutkan hawa nafsu dapat mengkilatkan hati, sebaliknya berdosa kepada Allah akan menghitamkannya. Senada dengan Imam Ghozali Muhammad Ibrahim Salim mengatakan (1995) pengaruh dosa dalam hati sama dengan pengaruh penyakit pada tubuh. Dosa adalah penyakit hati dan tidak ada obatnya kecuali dengan bertobat untuk menghilangkan dosa yang mengkotori hati. Dengan demikian dosa akan menyebabkan hati menjadi sakit dan untuk mengobatinya adalah obat-obatan yang berupa amal ibadah.
Dalam buku Syi’iran Kiai-Kiai dicantumkan sebuah syi’ir (pujian) yang berjudul “Tombo Ati” yang biasa didendangkan di masjid, pesantren dan pengajian-pengajian (sekarang sudah direkam dalam pita kaset, dinyanyikan/dibawakan oleh Emha Ainun Najib). Syi’iran tersebut didendangkan di sela-sela bacaan sholawat nabi yang dilagukan. Adapun bunyi syi’ir Tombo Ati itu adalah sebagai berikut : 


Tamba ati iku lima warnane
Ingkang dingin nderes Qur’an sakmanane
Kaping pindo wongkang sholeh kumpulana
Kaping telu shalat wengi lakonana
Kaping papat weteng iro ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sapa wongkang gelem nglakoni
Insya Allah gusti Allah ngijabahi.
Terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut :
Obat hati itu lima macam
Yang pertama membaca Qur’an berikut maknanya
Yang kedua bergaul dengan orang shaleh
Yang ketiga melaksanakan shalat malam
Yang keempat melaparkan perut/berpuasa
Yang kelima dzikir malam yang panjang
Siapa yang dapat melakukan salah satu diantaranya Insya Allah, Tuhan akan mengabulkan

Sumber dari syi’ir di atas kemungkinan besar adalah dari kitab Nashoihul ‘Ibad, di mana di dalamnya disebutkan bahwa Abdullah Al Anthakiy Rahimahullah berkata : Lima macam obat hati yaitu : Bergaul dengan orang-orang shalih, membaca Al-Qur’an, melaparkan perut, shalat di malam hari, dan bersembah sujud di waktu menjelang shubuh. (Imam Nawawi, 1983).
Uraian berikut mencoba untuk memberikan bahasan yang bersifat penjelasan terhadap lima macam obat hati di atas.

B. Pembahasan Lima Jalan Penyembuh Hati
1. DzikirDzikir adalah bacaan, puji-pujian dan lain-lain sebutan yang tidak mengandung permintaan (Ibnu Hajar Al Asqolani, 1976). Sedang menurut Hasbi Ashshiddieqy dzikir (1983:36) adalah menyebut Allah dengan membaca tasbieh (subhanallahi) membaca tahliel (la-ilaha illallahu) membaca tahmied (alhamdulillahi) membaca taqdies (quddusun), membaca takbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (lahaula wala quwwata illa billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah, membaca Al-Qur’anul Majied dan membaca do’a-do’a ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi saw. Dzikir adalah mengingat Allah dalam hati dan menyebut nama-Nya pada lisan berdasarkan perintah Allah dalam Al Qur’an dan contoh-contoh dari Nabi saw.
Terdapat banyak perintah untuk melaksanakan dzikir baik dalam Al Qur’an maupun hadits, diantaranya adalah dalam surat Al Ahzab ayat 41: “Sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak”, surat Al Anfal ayat 45 : “Dan sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak, supaya kamu mendapat kemenangan”, juga dalam Surat Ad Dahr ayat 25-26: “Dan sebutlah akan nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang dan disebagian malam. Dan bersujudlah kepadaNya seraya bertasbih pada malam yang panjang”.

Nabi Muhammad saw juga menganjurkan untuk dizikir yaitu dengan sabdanya: “Barang siapa tiada banyak menyebut Allah, maka sungguh terlepas dia dari iman”, juga sabda beliau: “orang yang menyebut Tuhannya dengan orang yang tiada menyebut Tuhannya, adalah seumpama orang yang masih hidup dibanding dengan orang yang mati” (HR. Bukhori) Ash Shiddiqy, 1983).
Dzikir sebagai amalan ibadah yang sangat dianjurkan sangat berpengaruh positif terhadap hati manusia, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Membuat hati bersih dan bening, tenteram dan tenang sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 28 :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’du: 28).

2. Hati merasa Ridla
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbihlah pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya hatimu merasa ridla. (QS. Thaha: 130).

3. Diingat Allah dan dipenuhi rahmat dan ketenteraman, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw.
Tidak ada majlis suatu kaum yang di dalamnya ada mengingat Allah, kecuali akan diliputi oleh para malaikat dan dipenuhi dengan rahmat, dan Allah akan mengingat mereka di sisi-Nya (HR. Muslim) (Ibnu Hajar Al-Asqolani, 1976).

4. Menimbulkan rasa dekat, dalam perlindungan dan pertolongan Allah, sebagaimana firman-Nya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu… (QS. Al-Baqoroh: 152).
Rasulullah Saw bersabda :
Allah Ta’ala berfirman : Aku beserta hambaku selama ia sebut-Ku dan bergerak dua bibirnya pada menyebut-Ku (Ibnu Majah) (Ibnu Hajar As-Qolani: 1976).

5. Terapi bagi kegelisahan ketika manusia merasa lemah, sebagai penyangga dan penolong menghadapi berbagai tekanan dan permasalahan kehidupan.
Firman Allah :
Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (QS. Thaha: 124).

6. Dibersihkan (hati) dari dosa
Bersabda Rasulullah Saw. :
Barang siapa yang berkata (yang artinya): Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya (aku berbakti) sebanyak seratus kali, niscaya digugurkan dari padanya dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut (Mutattaq ‘alaihi) (Ibnu Hajar As-Asqolani, 1976).

7. Disembuhkan dari Penyakit (hati)
Bersabda Rasulullah saw. : Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (HR. Al Baihaqi) (Muhammad Faiz Almath, 1993).
Selanjutnya menurut Fat-hiy Yakan (1984:150) dzikir merupakan biduk penyelemat dari tenggelam di lautan keraguan, was-was resah gelisah dan semua penyakit jiwa. Dzikir kepada Allah menumbuhkan ketegaran dan kelapangan hati, yang mana pada gilirannya menumbuhkan kekuatan dan kemampuan pada dirinya untuk mampu menghadapi segala tantangan dan melewati segala rintangan hidup dengan penuh kepercayaan dan ketenangan.

2. Membaca Al Qur’an
Membaca Al Qur’an selain merupakan ibadah juga merupakan cara untuk penyembuhan hati sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 57: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Juga dalam surat Al-Isra ayat 82” “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an itu, apa yang menjadi obat dan rahmat bagi mereka yang beriman.
Jalaluddin As Suyuti (1995) mengemukakan bahwa diantara keistimewaan Al Qur’an adalah dapat mengobati kekerasan hati, menghilangkan duka dan memasukkan kegembiraan dalam hati, menghilangkan kesusahan, bahkan untuk penyembuhan penyakit-penyakit fisik.
Selanjutnya Hasbi Ash Shiddiqy (1983) menyebutkan bahwa faedah tilawat atau membaca Al Qur’an adalah sebagai berikut :
a. Pembaca Al Qur’an ditempatkan di dalam shaf orang-orang besar yang utama dan tinggi.
b. Pembaca Al Qur’an memperoleh beberapa kebajikan dari tiap-tiap huruf yang dibacanya dan bertambah-tambah derajatnya di sisi Allah sebanyak kebajikan yang diperolehnya itu.
c. Pembaca Al Qur’an akan dinaungi rahmat dikelilingi para malaikat dan Allah menurunkan kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.
d. Pembaca Al Qur’an digemilangkan hatinya oleh Allah dan dihindarkan dari kegelapan.
e. Pembaca Al Qur’an disegani dan dicintai oleh orang-orang shaleh.
f. Pembaca Al Qur’an tidak akan gundah hatinya di hari kiamat, karena ia senantiasa dalam pemeliharaan dan penjagaan Allah.
g. Pembaca Al Qur’an memperoleh kemuliaan dan diberikan rahmat kepada ibu bapaknya.
h. Pembaca Al Qur’an memperoleh kedudukan yang tinggi dalam syurga.
i. Pembaca Al Qur’an memperoleh pula derajat seperti yang diingini oleh orang-orang shaleh
j. Pembaca Al Qur’an ditemani dan dikelilingi oleh para malaikat, semuanya mendo’akan dan memohonkan ampunan dan derajat yang tinggi baginya.
k. Pembaca Al Qur’an terlepas dari kesusahan-kesusahan akherat
l. Pembaca Al Qur’an termasuk orang yang dekat kepada Allah, berada dalam rombongan orang-orang yang mengiringi Allah di hari syurga.

3. Melaparkan Perut/Puasa
Menurut Imam Nawawy (1983) dimaksudkan dalam melaparkan perut ialah tidak banyak makan, dan berhati-hati agar yang dimakannya benar-benar halal. Makanan halal itu pmenjadi pangkal segala kebajikan, sebab barang halal itu dapat menyinari hati sehingga matahati menjadi bersih cemerlang dan ibarat cermin akan kembali mengkilap mampu memantulkan bayangan dan membiaskan sinar. Dalam hadits dinyatakan: “Tiga hal berikut dapat membuat pengerasan dihati yaitu gemar makan, gemar tidur dan gemar menganggur”.

Bentuk lain dari melaparkan perut adalah puasa. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda : “Berpuasalah kamu maka kamu akan sehat”. Dalam hadits lain Nabi menganjurkan puasa bagi para pemuda untuk menahan hawa nafsunya jika mereka belum mampu untuk menikah. Dari hadits Nabi tersebut nampak bahwa puasa merupakan sarana auntuk mencapai kesehatan baik lahir maupun batin dan juga merupakan jalan untuk mengekang hawa nafsu yang merupakan sumber dari penyakit hati.
Menurut Fat-hiy Yakan (1984: 119-124) puasa merupakan pembersih jiwa yang paling kuat terutama untuk melawan hawa nafsu yang menjadi pangkal dari kotornya hati. Selain itu dengan puasa perasaan menjadi halus dan peka, pikiran jernih dan nafsu melemah.

4. Shalat Malam
Dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi pelaksanaan shalat malam, yaitu surat Al-Isra ayat 79: “Sebagian waktu malam itu hendaknya engkau gunakan untuk salat tahajud, sebagai salat sunat untuk dirimu, mudah-mudahan Tuhan akan membangkitkan engkau dengan kedudukan yang baik”. Surat Al Muzammil ayat 6: “Sesungguhnya bangun di waktu malam untuk shalat adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih terkesan”. Dan juga Surat Ad Dahr ayat 26: “Dan di sebagian dari pada malam sujudlah kepadaNya dan berbaktilah kepadaNya di malam yang panjang”.

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda: “Kerjakanlah shalat malam karena shalat itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kamu. Ia mendekatkan kamu kepada Tuhan, menghapus dosa-dosa, mencegah perbuatan dosa dan menolak penyakit dari tubuh”. (HR. At Thabrany dan A Turmudziy).Berdasarkan kepada Al Qur’an dan Hadits Nabi tersebut Fat-hiy Yakan berpendapat bahwa shalat malam mempersiapkan manusia menjadi insane rabbani yang bergayut dengan Allah, berjiwa cemerlang, hatinya bercahaya, sadar dan berpikiran jernih. Dengan kondisi yang demikian tentu saja akan mampu menghadapi persoalan hidup dengan tenang dan tidak mudah merasa bingung apalagi stress.
Dengan demikian menjalankan shalat malam yang didukung oleh suasana yang tenang, hening dan sunyi secara psikologis akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman hati (Thohari Moh. Said, 1993: 70).

5. Bergaul Dengan Orang Shaleh
Menurut Imam Nawawi (1983) bergaul dengan orang shaleh artinya hadir di majlis mereka dan memegangi petuah mereka, dan sebaliknya bersikap diam dan menyingkir dari mereka yang gemar berbuat bathil.
Dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 55-56 Allah berfirman: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah); Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”.
Selanjutnya dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian bersahabat dengan kawan yang tulus hati, karena mereka menjadi hiasan di kala bahagia dan menjadi perisai di saat terjadi bencana”.(Imam Nawawi, 1983: 227).
Berdasarkan kepada firman Allah dan hadits Rasul tersebut maka dapat dikatakan bahwa bergaul atau bersahabat dengan orang shaleh dan menjadikannya sebagai penolong, merupakan jalan yang tepat untuk mengatasi kesusahan termasuk di sini adalah kesusahan hati.

C. Penutup
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hati merupakan hakekat manusia yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif, yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Tuhan. Karena itu taat kepada Allah dengan tidak menurutkan hawa nafsu dapat menjernihkan hati, sebaliknya berdosa kepada Allah akan menghitamkannya dan membuat hati menjadi sakit.
Pengaruh dosa dalam hati akan menyebabkan hati menjadi sakit dan untuk mengobatinya adalah dengan obat-obatan yang berupa amal ibadah. Diantara amal ibadah yang dapat mengobati hati yang sakit adalah membaca Al Qur’an, berdzikir, melaparkan perut atau puasa, shalat malam dan bergaul dengan orang shaleh.

Kamis, 22 Desember 2016

Kata-kata Imam Hasan Al-Basri memberi semangat membara


Muqaddimah itu muhasabah.

Kebelakangan ini, dunia kampus saya di Jordan diselubungi kepelbagaian peristiwa yang memberi hikmah dan ibrah tersendiri.

Entah apalah dosa yang dilakukan hamba manusia(termasuk saya), sampaikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguji dengan suatu kejadian, peristiwa supaya saya sedar, dan dengannya bertambah atau berkurangnya keimanan di dalam diri, kalau saya lupakan semua ini satu ujian, lantas lebih parah daripada itu saya menjadi lalai pula, mesti saya termasuk dalam golongan yang rugi, wa iyazubillah.

Saya mesti sedar manusia dihidupkan di bumi ini hanya untuk sementara waktu. Di bumi Allah ini, semua manusia akan diuji, dilatih, dan seterusnya akan dibawa ke hari akhirat di mana kita semua akan tinggal selama-lamanya nanti.

Harta dan kesenangan yang ada di dunia ini, walaupun dipandang manusia sebagai suatu yang berharga dan sempurna, namun sebenarnya mempunyai kecacatan dan kelemahan tersendiri. Ini semua hanya sebagai peringatan kepada manusia tentang akan adanya hari pembalasan, adanya hari Kiamat.

Kita mesti yakin akan tibanya hari itu, saya sengaja analogi muhasabah dengan teman saya akhi farid, "akhi enta bayangkan Duktur di universiti kita ini menyebut nama-nama didalam kuliah di hadapan ramai orang termasuk bangsa arab ini, memanggil seorang demi seorang untuk mengambil kertas jawapan imtihan di hadapan..tiba-tiba duktur menyebut nama kita sambil wajahnya berubah dan menggelengkan kepalanya..ketika itu apa lagi yang difikirkan kita, kalau tidak gagal madah(matapelajaran) itu"

Begitulah perihal disisi Allah Azza Wajalla, dengan zatNya Yang Maha Berkuasa menyebut nama-nama manusia dari keturunan Nabi Adam Alaihissalam sehinggalah Junjungan terakhir Muhammad Sollallahu Alaihi Wassalam. 

Sampai giliran nama kita dipanggil dengan sentapan kuat dan diberi suratan amalan sebelah kiri lalu disogok dosa-dosa yang ditanggung menggunung tinggi di dalam dunia, tambahan diperlihatkan kepada seluruh manusia amalan semenjak dari kita keluar rahim ibu. Saat itu adakah syurga masih impian kita iya? farid tersentak dan kepalanya diangguk tanda setuju". Hebat teman saya itu.
Waimma tentang perkara ini tidak dipercayai oleh orang-orang kafir, mereka ini tidak berupaya memahami kenyataan ini, maka mereka menjadikan dunia inilah sebagai matlamat tunggal mereka, yang pelik sebahagian ummat Islam mengikut cara hidup mereka, dan akhirnya terpengaruh dengan tipu daya dunia.

Allah Ta'ala rakamkan perkara ini kepada manusia, namun sengaja kita tidak membacanya, firmanNya:

Ketahuilah bahawa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (hidupnya yang berupa semata-mata) permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan, juga (hidupnya yang bertujuan) bermegah-megah di antara kamu (dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan) serta berlumba-lumba membanyakkan harta benda dan anak pinak; (semuanya itu terhad waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan tanaman yang menghijau subur) menjadikan penanamnya suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (sampai suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur bersepai; dan (hendaklah diketahui lagi, bahawa) di akhirat ada azab yang berat (di sediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan dunia itu), dan (ada pula) keampunan besar serta keredhaan dari Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahawa) kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya.
[surah al-Hadid ayat ke 20]

Kata-kata(tasyji') Imam Hasan Al-Basri.

Imam Hasan Al-Bashri adalah salah seorang daripada Ulama' terkemuka dari kalangan Tabi'in yang banyak berguru dengan para sahabat Rasulullahi Sollallahu Alaihi Wassalam. Beliau lahir di Madinah pada tahun 30 hijrah iaitu 642masihi, dan dijaga oleh isteri Rasulullah SAW yang bernama Ummu salamah ummahatul mukminin.

Beliau pernah dibawa oleh ummu salamah ke majlis para sahabat, dan Umar Al-khattab Radhiallahu anhu mendoakannya; "Ya Allah, jadikan ia faham agama dan jadikan orang-orang mencintainya".

Imam Hasan Al-Basri menduduki Iraq iaitu di kota basrah disanalah berkembangnya ilmu fiqh yang hebat. Kata-katanya sering dijadikan teladan ummat yang terkemudian, diantaranya:

Kata mutiara pertama.

'Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah dari kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi'.

Memahami kata-kata ini, saya yakin teman-teman saya juga sedar, kepentingan masa yang terlalu singkat dan bermakna, samalah satu kata hikmah mutiara dari imam hassan al-banna, kewajiban adalah lebih banyak daripada masa.

Masa samalah seperti hari yang bakal kita lalui esok, lusa, minggu depan dan tahun depan dan seterusnya, masa ini saya belum berkahwin, rupa-rupanya saya sudah melaluinya satu masa nanti, masa ini saya jarang menunaikan ibadah dengan khusyu' rupa-rupanya saya menyesal di saat ajal yang hampir. Muhasabah, muhasabahlah.

Awaslah kita dengan kecurian, terutama kecurian masa!

Saya cukup tertarik kata-kata Ustaz Khairul Anuar Reduan Calon Phd Ilmu Hadis Universiti Wise Jordan itu, mahu melihat seorang pemuda yang hebat, lihatlah pada waktu beliau menjaga waktu solatnya, kalau dijaga waktu solatnya, jangan diabaikan bersahabat dengannya, kerana masa kita pasti terjaga.

Solat..solat..solat, teman-teman saya di Jordan intabihlah! Jagalah solat kita, saya juga tahu masa kita sering berubah, namun solat bukan alasan untuk ditinggal, bukan kerana kita punyai 4 musim yang Allah ciptakan, musim panas, salji, luruh, dan bunga..saya tekankan mazhab imam abu hanifah[mazhab hanafi] begitu menekankan solat berjemaah sehinggakan pandangan ulama' menyatakan jika hujan turun hendaklah dijamakkan solat yang empat rakaat, iaitulah zuhur dan asar, maghrib dan isya'. 

Ambillah kebaikkan dari satu sudut, mereka tidak mengabaikan waktu berjemaah di Masjid, subhanallah, inilah yang para pemuda wajib contohi iya.

Solat berjemaah menyatukan mukmin dan mukminat. 
Solat berjemaah menjadikan hati kita lebih khusyu' untuk menghadap Allah SWT.
Solat berjemaah menguatkan kesatuan Ummat Islam yang digeruni musuh-musuh Islam.
Kehidupan yang baik dillihat pada diri seorang insan yang mampu menjaga Solat Jemaahnya.

Kata Mutiara Kedua.

'Di antara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari seorang hamba adalahAllah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.'

Mendalami kata-kata ini, membuatkan saya menjadi gerun, bahkan kalaulah diambilberat dengan kalam mutiara ini, ummat Islam paling meruncing tahap kesibukkannya, mengalahkan raja jordan pun ada!

Walhal Allah Subhanahu Wa Ta'ala menetapkan setiap manusia agar sering beribadah kepadaNya, buatlah apa jua kerja yang penting ada Nilai Ibadah disisiNya, terutama apa yang dilakukannya itu kerja-kerja perjuangan, dari sekecil-kecil hal hinggalah Islam mencapai kesyumulannya ia adalah Ibadah disisiNya.

Bagi kita penuntut Ilmu Agama Allah, lagilah perlu menyibukkan diri dengan memahami Ilmu-ilmu yang terlalu luas umpama tujuh lautan terbesar dunia ini, bahkan lebih dari itu, tak cukup masa membedah ilmu-ilmu Ulama' tapi kita yang sibuk dengan urusan yang melalaikan diri. Usah kita menyesal di kemudian hari.

Teruskan berjuang wahai penuntut Ilmu Agama Allah. We can do its!

Kata Mutiara ketiga.

'Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah kerana Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan kerana Allah maka ia menghalangnya.'

Tiba-tiba saya teringat kejadian di China, Foshan, Wilayah Guandong, berikutan kemalangan tragis yang melibatkan kanak-kanak kecil.

Yang akhirnya meletakkan nilai moral pada ummat manusia, manakala Islam ajarkan Akhlak Mulia, namun tiada bagi agama lainnya. Maka moral juga yang membimbing bukan Islam. Kalau moral baik dilakukan suatu tempat itu maka baiklah masyarakat disitu.

yue-yue yang digilis oleh dua kenderaan dipandu manusia yang takutkan undung-undang
ciptaan manusia.

Insiden berkenaan menyaksikan kanak-kanak perempuan yang berusia dua tahun itu dilanggar dua kali oleh dua van berlainan di sebuah jalan raya. Kanak-kanak itu yang berlumuran darah dan terbaring di tepi jalan, tidak langsung dibantu oleh lebih 10 orang yang lalu lalang di jalan yang sempit itu.

Pemandu van putih yang pertama melanggar kanak-kanak itu meninggalkan mangsa kecilnya itu berlumuran darah di tepi jalan. Kira-kira enam minit kemudian, lebih 10 orang lalu di jalan itu dan tidak seorang pun melakukan apa-apa untuk membantunya. 

Kanak-kanak itu kemudian digelek oleh sebuah van lagi dan hanya selepas itu seorang wanita tua yang mengutip sampah membantu mangsa. Wanita tua itu memberitahu ibu kanak-kanak itu mengenai nasib malang anaknya.

Sedih melihat moral manusia yang rendah, terkadang lebih hina dari haiwan, sehingga sekarang doktor mengesahkan kanak-kanak itu koma dan 'mati otak' dan sedia menerima kematian bila-bila masa.

Ironinya Ummat Islam melakukan sesuatu perkara dengan niatnya, maka dengan niat itulah memandu perbuatannya, Islam memberi jalan supaya ummatnya berfikir sebelum melakukan sesuatu amalan. Hebat aturan Allah.

Kata Mutiara keempat.

'Jangan pula kamu merasa tenteram dari bahaya dosa-dosa yang kamu lakukan, kerana sesungguhnya kamu tidak mengetahui apakah Allah mengampuni dosa-dosa kamu tersebut atau tidak.'

Manusia yang hidup melata diatas muka bumi Allah ini, melakukan pelbagai perbuatan, termasuklah makan, minum, perkahwinan, jual-beli, perniagaan, ibadah seharian.

Disamping disana terdapat makhluk Allah yang melakukan kezaliman yang nyata, menindas golongan miskin, merampas harta, merebut kekayaan, rasuah yang berleluasa, pemimpin yang zalim. Dan akhirnya Allah tunjukkan pengakhiran golongan yang zalim itu. Dua pilihan samaada di dunia lagi mendapat kecelakaan waimma di akhirat sama mendapat azab seksaanNya juga.

Firman Allah Ta'ala:

Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami itu datang kepadamu (dengan tujuan hendak bertaubat dari dosa-dosa mereka), maka katakanlah: "Mudah-mudahan kamu beroleh selamat! Tuhan kamu telah menetapkan bagi diriNya untuk memberi rahmat (yang melimpah-limpah): bahawasanya sesiapa di antara kamu yang melakukan kejahatan dengan sebab kejahilannya, kemudian ia bertaubat sesudah itu, dan berusaha memperbaiki (amalannya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani".
[surah al-an'aam ayat 54]

Dengan menangguhkan balasan hukuman, Allah memberi masa kepada mereka untuk memohhon ampun dan bertaubat. Walau sebesar manapun dosa yang dilakukan, seseorang itu akan diberi peluang untuk dimaafkan jika dia bertaubat dan memperbaiki diri dan akhlak yang mulia.

Hakikatnya jangan pula kita merasa selesa dengan dosa yang dilakukan, kerana dosa atau maksiat yang dilakukan itu akan kekal selamanya, terutama mereka yang menjadi pemimpin pada ummat, jika dosa yang dilakukan pada rakyatnya maka tanggungannya hattalah selesai hari perhitungan/yaumul hisab di hari akhirat.

Pemimpin juga ditanya Allah di hari akhirat, tentang kepimpinannya pada rakyat dibawah tanggungannya.

Kata Mutiara kelima.

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kematian, sakit dan sehat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan.”

Kata-kata Imam Hasan Al-Basri ini yang menarik minat saya untuk berkongsi dengan sahabat-sahabat saya diperantauan berjauhan ini.

Saya juga faham perasaan mereka yang diuji, terutama ujian kematian keluarganya, bulan ini sahaja di Mu'tah, sahabat yang diuji kematian keluarganya mencecah 5-6 orang semuanya ditempat pengajian saya ini.

Kesimpulan saya iaitulah, Allah SWT yang menciptakan dan menentukan semua perkara dan peristiwa; sebagaimana mereka bermula dan bagaimana mereka akan berakhir. BahawasaNya Allah SWT menentukan setiap pergerakkan bintang-bintang di langit, setiap keadaan benda hidup di bumi, cara seseorang akan hidup, apa yang dikatakan oleh seseorang, dan apa yang seseorang itu akan alami dan temui, dalam aturannya.

Maha suci Allah yang menciptakan sesuatu, dalam firmanNya:

Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (Lauh Mahfuzh-pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; Sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 
[surah al-hadid ayat 22]

Jadi kita mesti sedar dan insaf akan realiti ini, dan seharusnya tidak bertindak seperti orang-orag yang menafikannya. Apabila kita mempunyai kefahaman bahawa hidup ini adalah "mengikut qada' dan qadar ketentuan Allah" maka nantinya mereka tidak akan merasa kecewa atau takut apabila berlaku apa-apa musibah atau ujian.

Yakinlah kita seperti Rasulullahi Sollallahu Alaihi Wassalam menyakinkan Saidina Abu Bakar As-siddiq radhiallahu anhu di dalam gua tempat mereka bersembunyi ketika peristiwa hijrah ke Madinah.

Semoga kita menjadi penuntut Ilmu di Negara arab yang paling tabah dan sabar. Insya'allah..Allahumma amin.

Kata Mutiara keenam.

“Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, kerana kamu akan rugi di keduanya. Persinggahan di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.”

Begitulah mutiara hikmah para Ulama' terdahulu yang mesti kita simpan menguatkan bekalan kita menuju destinasi akhirat. Wawasan akhirat bukan wawasan 2020 lagi!

Alhamdulillah, semangat pemuda yang ada dalam diri saya setakat ini tidak luntur lagi, mudah-mudahan bertambah istiqamah. Namun disana satu peringatan saya buat sahabat-sahabat yang berjuang, ingatlah cabaran semasa yang datang cukup-cukup besar dan perlukan semangat tadhiyyah yang kukuh dan konkrit.

Ingin menegakkan kebenaran di zaman kini cukup-cukup memerlukan kekuatan,   ironinya yang mempertahankan kebenaran dicantas habis, walaupun hujah mereka adalah sangat kukuh.

Professor Abdul Aziz Bari menjalankan disiplin ilmunya 

Hujah mesti dibalas dengan hujjah. Apabila hujjah dibalas dengan pembuangan, penggantungan, penindasan, inilah kezaliman kecil-kecilan membawa mudharat berlebihan. Di Tanah air Prof.Dr Aziz Bari, Pakar Perlembagaan dan Pensyarah Undang-undang Universiti yang terkenal dengan tradisi keilmuan dan akademik UIAM sedikit tercalar. Beliau mungkin menjadi mangsa hujah dibalas dengan penggantungan.

Sepatutnya, beliau diberi ruang untuk menunjukkan skill kepakarannya dalam undang-undang yang dihadaminya puluhan tahun yang berlalu. Waimma beliau tersilap dalam hujahnya kita berikan peluang mempertahankan hujah vs hujah, bukan hujah dibalas penggantungan.

Kaedah Hujah tidak dibalas dengan hujah, jika dibiarkan ia membawa kepada salahguna  kebenaran. Ia dilarang di dalam Islam dan perlu dibenteras, jika dibiarkan kita semua akan menuju kehancuran dan kerosakan. Kita semua wajib dan berperanan menghentikannya dengan cara apa sekalipun. Inilah wawasan akhirat membenteras kezaliman!

Diriwayatkan oleh Nu'man Bin Bashir Radhiallahu anhu; Sabda Nabi Sollallahu alaihi Wassalam:

"Perumpamaan orang yang melaksanakan ketetapan-ketetapan Allah dengan mereka yang berada di dalamnya adalah seperti satu kaum yang berkongsi sebuah kapal. Sebahagiannya duduk di bahagian atas dan sebahagian yang lain berada di bahagian bawah. Mereka yang duduk di bahagian bawah apabila hendak mengambil air akan melalui mereka yang di bahagian atas kapal. Mereka pun berkata: Apa kata jika kita tebuk sahaja bahagian kita (bawah) untuk mengambil air maka kita tidak akan mengganggu mereka yang berada di bahagian atas. Jika mereka dibiarkan menurut kehendak mereka maka semuanya akan binasa. Sebaliknya jika ditegur dan dibimbing, maka mereka dan kesemua penumpang akan selamat". 
(Riwayat al-Bukhari)

Dan akhirnya mereka yang melihat wawasan akhirat akan berjaya lagi di dunia bertambah memperoleh kejayaan di akhirat kelak. 

Saya simpulkan kata-kata hikmah mutiara Imam Hasan Al-Basri ini dengan kisah yang bermutu mesti dihadami para pemuda medan nafar ini:

Seorang pemuda mendatangi imam Hasan al-Bashri dan mengadukan masalah yang sedang ia hadapi kepadanya. Pemuda tersebut berkata, “Saya telah berusaha untuk bangun berjaga untuk solat malam, akan tetapi sampai saat ini saya masih belum mampu untuk melaksanakannya.” Al-Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah menghalangimu untuk melakukannya.”

Demikianlah, beberapa kalimat penuh hikhah, mutiara islam, dari salah seorang Ulama Tabi'in yang patut kita teladani. Semoga bermanfaat semua..

Kata Mutiara Islam dari Imam Hasan Al Bashri

Imam Hasan Al Bashri adalah salah seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’in yang banyak berguru kepada para sahabat Rasulullah saw. Beliau lahir di Madinah, tahun 642 Masehi dari ayah bernama Yasar, bekas budak Zaid bin Tsabit dan ibu yang pernah menjadi budak Ummu Salamah, salah satu istri Nabi Muhammad saw. Jadi beliau lahir dalam kalangan keluarga Nabi saw. Bahkan tak jarang Ummu Salamah menyusui bayi Hasan ketika ditinggal oleh ibunya.

Ummu Salamah juga sering membawa Hasan yang masih kanak-kanak ke majelis para Sahabat dan Umar bin Khattab r.a. pernah mendoakannya: “Ya Allah, jadikan ia faham agama dan jadikan orang-orang mencintainya!

Mutiara Hikmah dari Imam Hasan Al Bashri

Kata mutiara 1
“Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi.”
Kata mutiara 2
“Diantara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wata’ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
Kata mutiara 3
Semoga Allah merahmati seorang hamba yang merenung sejenak sebelum melakukan suatu amalan. Jika niatnya adalah karena Allah, maka ia melakukannya. Tapi jika niatnya bukan karena Allah maka ia mengurungkannya.”
Kata mutiara 4
“Tidaklah datang suatu hari dari hari-hari di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah hari yang baru, dan sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas apa-apa yang kalian lakukan padaku. Apabila matahari telah terbenam, maka aku akan pergi meninggalkan kalian dan takkan pernah kembali lagi hingga hari kiamat.”
Kata mutiara 5
Janganlah Anda tertipu dengan banyaknya amal ibadah yang telah Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah menerima amalan Anda atau tidak.”
Kata mutiara 6
Jangan pula Anda merasa aman dari bahaya dosa-dosa yang Anda lakukan, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui apakah Allah mengampuni dosa-dosa Anda tersebut atau tidak.”
Kata mutiara 7
“Saya belum menemukan dalam ibadah, sesuatu yang lebih sulit dari pada shalat di tengah malam.”
Kata mutiara 8
Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah Subhanahu wata’ala.
Kata mutiara 9
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kematian, sakit dan sehat (bagi setiap hamba-Nya). Barang siapa mendustakan takdir maka sesungguhnya ia telah mendustakan al-Qur’an. Dan barang siapa mendustakan al-Qur’an, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah.”
Kata mutiara 10
“Wahai anak Adam, juallah duniamu untuk akhiratmu, niscaya kamu untung di keduanya, dan janganlah kamu jual akhiratmu untuk duniamu, karena kamu akan rugi di keduanya. Singgah di dunia ini sebentar, sedangkan tinggal di akhirat sana sangatlah panjang.”
Seorang pemuda mendatangi al-Hasan al-Bashri dan mengadukan masalah yang sedang ia hadapi kepadanya. Pemuda tersebut berkata, “Saya telah berusaha untuk bisa menjaga shalat malam, akan tetapi sampai saat ini saya masih belum mampu untuk melaksanakannya.” Al-Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah menghalangimuuntuk melakukannya.”
Demikianlah, beberapa kalimat penuh hikmah, mutiara islam, dari salah seorang ulama salaf yang patut kita teladani. Semoga bermanfaat.

Untaian Hikmah Imam Hasan al-Bashri

Hasan al-Bashri adalah pembesar diantara ulama tabi’in menengah. Beliau wafat pada tahun 110 H dalam usia 88 tahun, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Hadi rahimahullah (lihat Thabaqat ‘Ulama al-Hadits, Juz 1 hal. 140-142)


Abu Burdah berkata, “Tidaklah aku melihat orang yang lebih mirip dengan para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi dirinya.” (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 143),

Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali mengatakan, “Dia itulah -Hasan al-Bashri- orang yang ucapan-ucapannya mirip ucapan para nabi.” (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 144)

Guru-Guru Hasan al-Bashri

 
Berikut ini sebagian guru-guru Hasan al-Bashri:
1.    ‘Imran bin Hushain
2.    al-Mughirah bin Syu’bah
3.    Abu Bakrah
4.    an-Nu’man bin Basyir
5.    Ibnu ‘Abbas
6.    Ibnu ‘Umar
7.    Abdullah bin ‘Amr
8.    Abu Hurairah
9.    Anas bin Malik, dsb (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 150)

Murid-Murid Hasan al-Bashri

Berikut ini sebagian murid-murid beliau:
1.    Humaid ath-Thawil
2.    Ayyub as-Sakhtiyani
3.    Qotadah
4.    Bakr bin Abdullah al-Muzani
5.    Sa’ad bin Ibrahim
6.    Ibnu ‘Aun
7.    al-Mu’alla bin Ziyad
8.    Yunus bin ‘Ubaid, dsb (lihat Min A’lam as-Salaf, Juz 1 hal. 150)

Sebagian Nasihat dan Mutiara Hikmah Hasan al-Bashri

[1] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Benar-benar ada dahulu seorang lelaki yang memilih waktu tertentu untuk menyendiri, menunaikan sholat dan menasehati keluarganya pada waktu itu, lalu dia berpesan: Jika ada orang yang mencariku, katakanlah kepadanya bahwa ‘dia sedang ada keperluan’.” (lihat al-Ikhlas wa an-Niyyah, hal.65)

[2] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Kalau bukan karena keberadaan para ulama niscaya keadaan umat manusia tidak ada bedanya dengan binatang.” (lihat Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 15)

[3] Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Demi Allah! Tidaklah tegak urusan agama ini kecuali dengan adanya pemerintah, walaupun mereka berbuat aniaya dan bertindak zalim. Demi Allah! Apa-apa yang Allah perbaiki dengan keberadaan mereka jauh lebih banyak daripada apa-apa yang mereka rusak.” (lihat Da’aa’im Minhaj Nubuwwah, hal. 279)

[4] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sungguh, apabila aku dijatuhkan dari langit ke permukaan bumi ini lebih aku sukai daripada mengatakan: Segala urusan berada di tanganku!” (lihat Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/134])

[5] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Barangsiapa mendustakan takdir sesungguhnya dia telah mendustakan al-Qur’an.” (lihat Aqwal Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman [1/138])

[6] Dikatakan kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apa yang harus kami lakukan? Kami berteman dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kami sampai-sampai hati kami terbang melayang.” Maka beliau menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya jika kamu bergaul dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kamu sampai akhirnya kamu benar-benar merasakan keamanan; lebih baik daripada berteman dengan orang-orang yang selalu membuatmu merasa aman sampai akhirnya justru menyeretmu ke dalam keadaan yang menakutkan.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 16)

[7] Ada yang berkata kepada al-Hasan, “Sebagian orang mengatakan: Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah maka dia pasti masuk surga.”? Maka al-Hasan menjawab, “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaha illallah kemudian dia menunaikan konsekuensi dan kewajiban darinya maka dia pasti masuk surga.” (lihat Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa Tahqiq Ma’naha oleh Imam Ibnu Rajab rahimahullah, hal. 40)

[8] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Salah satu tanda bahwa Allah mulai berpaling dari seorang hamba adalah tatkala dijadikan dia tersibukkan dalam hal-hal yang tidak penting bagi dirinya.” (lihat ar-Risalah al-Mughniyah, hal. 62).

[9] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya bisa jadi ada seorang yang senantiasa berjihad walaupun tidak pernah menyabetkan pedang -di medan perang- suatu hari pun.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/264] cet. Dar Thaibah)

[10] al-Hasan rahimahullah menangis sejadi-jadinya, maka ditanyakan kepadanya, “Wahai Abu Sa’id, apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena takut kalau Allah melemparkan aku ke dalam neraka dan tidak memperdulikan nasibku lagi.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 75)

[11] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam. Sesungguhnya engkau adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka hilanglah sebagian dari dirimu.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalab al-‘Ilmi, hal. 35)

[12] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah orang yang zuhud kepada dunia dan sangat memburu akhirat. Orang yang paham tentang agamanya dan senantiasa beribadah kepada Rabbnya. Orang yang berhati-hati sehingga menahan diri dari menodai kehormatan dan harga diri kaum muslimin. Orang yang menjaga kehormatan dirinya dari meminta harta mereka dan senantiasa mengharapkan kebaikan bagi mereka.” (lihat Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, hal. 28)

[13] al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah kepada mereka dan menunaikan kewajiban yang diperintahkan kepada mereka.” (lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 211)

[14] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dicapai semata-mata dengan menghiasi penampilan atau berangan-angan, akan tetapi iman adalah apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1124)

[15] al-Hasan rahimahullah menafsirkan makna firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” Beliau mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Adapun kebaikan di akhirat adalah surga.” (lihat Akhlaq al-‘Ulama, hal. 40)

[16] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “al-Qur’an itu diturunkan untuk diamalkan, akan tetapi orang-orang justru membatasi amalan hanya dengan membacanya.” (lihat al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hal. 116)

[17] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang yang benar-benar faqih/paham agama adalah yang senantiasa merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla.” (lihat al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis, hal. 136)

[18] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Tidaklah memahami agamanya orang yang tidak pandai menjaga lisannya.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i [2/84])

[19] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang beriman bersangka baik kepada Rabbnya sehingga dia pun membaguskan amal, adapun orang munafik bersangka buruk kepada Rabbnya sehingga dia pun memperburuk amal.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1157)

[20] Hasan al-Bashri rahimahullah menjelaskan tentang sifat orang-orang beriman yang disebutkan dalam firman Allah [QS. Al-Mu’minun: 60] yang memberikan apa yang bisa mereka berikan dalam keadaan hatinya merasa takut. Al-Hasan berkata, “Artinya, mereka melakukan segala bentuk amal kebajikan sementara mereka khawatir apabila hal itu belum bisa menyelamatkan diri mereka dari azab Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1160)

[21] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sebagian orang enggan untuk mudaawamah [konsisten dalam beramal] . Demi Allah, bukanlah seorang mukmin yang hanya beramal selama sebulan atau dua bulan, setahun atau dua tahun. Tidak, demi Allah! Allah tidak menjadikan batas akhir beramal bagi seorang mukmin kecuali kematian.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1160)

[22] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Iman yang sejati adalah keimanan orang yang merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla walaupun dia tidak melihat-Nya. Dia berharap terhadap kebaikan yang ditawarkan oleh Allah. Dan meninggalkan segala yang membuat murka Allah.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1161)

[23] Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Iman adalah ucapan. Dan tidak ada ucapan kecuali harus disertai dengan amalan. Tidak ada ucapan dan amalan kecuali harus dilandasi dengan niat. Tidak ada ucapan, amalan dan niat kecuali harus dilandasi dengan as-Sunnah.” Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1153)

[24] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak khawatir tertimpa kemunafikan maka dia adalah orang munafik.” (lihat Aqwal at-Tabi’in fi Masa’il at-Tauhid wa al-Iman, hal. 1218)

[25] Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Seorang mukmin memadukan antara berbuat ihsan/kebaikan dengan merasa takut. Adapun orang kafir memadukan antara berbuat jelek/dosa dan merasa aman.”.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [5/350] cet. Maktabah at-Taufiqiyah).

Demikianlah sekelumit faidah yang bisa kami sajikan dengan taufik dari Allah semata. Semoga bisa memberikan manfaat dan pencerahan bagi kita. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhamadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.


Sabtu, 17 Desember 2016

TERJEMAH KITAB AL HIKAM 146 -147

146.
“SAHABAT SEJATI”
٭ ماصحبك الامن صاحبك وهوبعيبك عليم وليس ذٰلك الامولك الكريم خيرمن تصحب من يطلبك لالشيءيعودمنك اليه ٭

146.”Yang namanya sahabat sejati yaitu orang tetap mau bersahabat(membantu) kamu setelah dia mengetahui benar-benar kejelekan dan aibmu. dan tidak ada yang seperti itu kecuali hanya Tuhanmu yang Maha Mulia.
Dan sebaik-baik sahabatmu ialah yang selalu memperhatikan/membantu kepentinganmu, bukan karena sesuatu kepentingan yang diharap dari pada mu untuk dirinya”.

Sudah menjadi watak manusia akan menjauhi/membenci orang lain ketika jelas-jelas mengetahui kebusukan dan kejelekan orang tersebut, dan tidak mau bersahabat dengannya, kecuali hanya Tuhanmu Alloh swt. Dan juga orang-orang yang bersandar pada sifat-sifat ke-Tuhanan Alloh, yaitu orang-orang yang sudah ma’ritulloh,yang masih mau menolong dan membantu. Sedangkan orang tua itu masih juga ada kepentingan dan pengharapan atas dirimu, sedang didunia ini tidak ada orang yang kasih sayangnya sebagaimana ayah ibumu.
147.
“NURUL-YAQIN (Cahaya Keyaqinan)”
٭ لواشرق لك نوراليقين لرايت الاخرةاقرب اليك من ان ترحل اليها ولرايت محاسن الدنيا قدظهرت كسفةالفناء عليها ٭
147. “Andaikan cahaya keyaqinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu, sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya, dan niscaya engkau akan melihat segala keindahan dunia, telah diliputi kesuraman dan kerusakan yang akan menghinggapinya”.

  Sebab dengan nurul-yaqin, semua hakikat perkara itu kelihatan yang semestinya  dan apa adanya. Apabila hamba sudah bercahaya hatinya dengan Nurul-yaqin dia bisa mengetahui yang benar dan yang salah sedangkan akhirat itu perkara yang hak/benar, tetap wujudnya, sedangkan dunia itu akan rusak.
Rosululloh saw. Bersabda: Sesungguhnya nur/cahaya jika masuk dalam hati, maka terbuka dan lapanglah dada (hati)nya, sahabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah yang demikian itu ada tandanya?..
Jawab nabi: Ya ada, yaitu merenggangkan (memisahkan) diri dari dunia tipuan, dan condong kepada akhirat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi mati sebelum datangnya maut.

   Anas ra. berkata: ketika Rosululloh saw. Sedang berjalan dan berjumpa dengan seorang pemuda dari sahabat Anshor, Rosululloh bertanya: Bagaimanakah keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini?
 Jawabnya: Saya kini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh.
Rosululloh berkata: Hai Haritsah, perhatikan perkataanmu,sebab tiap kata itu harus ada bukti hakikinya.
 Maka Haritsah berkata: Ya Rosululloh jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan ‘Arsy. dan seolah-olah aku melihat neraka yang penghuninya sedang menjerit-jerit di dalamnya.
Nabi bersabda: Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan barubah),. Seorang hamba, yang telah diberi Nur iman dalam hatinya.
Haritsah berkata: Ya Rosululloh, do’akan aku mati syahid, maka Nabi saw. Berdo’a untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad, maka dialah orang pertama menyambutnya,dan ahirnya dia yang pertama mati syahid.
  Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia datang bertanya kepada Nabi saw. : Ya Rosululloh beritahukan kepadaku tentang Haritsah putraku, jika ia disurga aku tidak akan menangis atau menyesal, tapi jika lain dari itu, maka aku akan menangis selama hidupdi dunia!
Jawab Nabi saw. : Haritsah, bukan hanya satu surga tetapi surga didalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai Firdaus yang tertinggi.
Maka kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : untung-untung bagimu hai Haritsah.

  Anas ra. juga berkata: pada suatu hari Mu’adz bin Jabbal masuk ketempat Nabi sambil menangis, maka ditanya oleh Nabi saw. : bagaimanakah keadaanmu pagi ini hai Mu’adz? Jawab Mu’adz : aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Alloh.
Nabi bersabda: Tiap kata-kata yang benar harus ada buktihakikatnya. Maka apakah bukti pernyataanmu itu? Jawab Mu’adz: Ya Nabiyalloh, kini jika aku berada diwaktu pagi merasa mungkin tidak sampai sore, dan jika sore ,aku merasa tidak akan sampai pagi.dan tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkah yang lain, dan terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah selain Alloh,dan juga seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan pahala ahli surga.
Maka Nabi bersabda : Engkau telah mengtahui, maka tetapkanlah.
Rosululloh saw. Ketika member tahu kepada para sahabat hal gugurnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Tholib, dan Abdulloh bin Rowahah ra. berkata: Demi Allohmereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada diantara kami, Rosululloh memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang-linang.

TERJEMAH KITAB AL HIKAM 150 - 152



 Ya’ni sebab Alloh mempunyai sifat Batin maka Alloh mendhohirkan semua makhluk, sebab makhluk itu tidak bisa terlihat kecuali dengan Nur Alloh,
Dan Alloh melipat/ menyembunyikan makhluk sebab Alloh bersifat dhohir,
tidak ada makhluk yang menyekutukan Alloh dalam sifat,dzat dan af’alnya Alloh. Artinya Alloh tidak menjadikan sifat wujud dengan dzatnya/hakiki pada selain Alloh. Semua makhluk itu ‘adam yang hakiki, dan semua makhluk itu tidak wujud kecuali dengan wujudnya Alloh.
151-152.
 “LIHAT DAN PELAJARI ALAM INI”
٭ اباح لك ان تنظر في الممكوّنات وما اذن لك ان تقف مع ذوات المكوّنات قل انظروا ماذافى السماوات؟  فتح لك باب الافهام ولم يقل: انظرواالسماوات لـءلا يدلك على وجودالاجرام ٭

151. “Alloh memperbolehkan kamu melihat alam sekitarmu (makhluk),  tetapi Alloh tidak mengizinkan engkau berhenti pada benda-benda dialam ini (makhluk). Sebagaimana firman Alloh : katakanlah: perhatikanlah apa-apa yang dilangit. Semoga Alloh membuka kefahaman padamu, Alloh tidak brkata : perhatikan langi-langt itu. Supaya tidak menunjukkan padamu adanya benda-benda itu”.

Pada hikmah sebelumnya mushonnif menerangkan tentang wujud/adanya alam (bisa terlihat)itu karena Nur dari Alloh. ALLOOHU-NUURUS-SAMAAWATI WAL-ARDHI (Alloh itulah yang menerangi langit dan bumi).dan pada hikmah ini kita dituntun untuk bisa melihat dan mempelajari alam ini.
 Alloh mengizinkan kita untuk melihat cipatannya supaya kita bisa bisa melihat bahwa semua itu ciptaan Alloh, jangan sampai kita terjebak/berhenti hanya melihat/memperhatikan bendanya, sehingga kita tidak melihat alloh dibalik benda-benda itu.
Dalam ayat ini menggunakan FII dengan makna dhorof, yang berarti: yang harus diperhatikan yaitu apa yang ditempatkan, bukan tempatnya.
Dalam katab Latoo-iful minan, Mushonnif mengatakan: Alloh menciptakan macam-macamnya makhluk bukan supaya kamu melihat makhluk itu, tapi supaya kamu bisa melihat Tuhan yang menciptakan makhluk itu yaitu Alloh.

٭ الاكوان ثابتة بإثباته وممحوّة باحد يّة ذاته ٭

152.”Alam/makhluk ini ada(wujud) sebab di tetapkan oleh Alloh, tetapi alam ini musnah/lenyap sebab sifat Esa dzatnya Alloh”.

Siapa saja yang memandang sifat Esa dzatnya Alloh, pasti tidak akan menemukan sifat tetap dan nyata pada semua makhluk,. Semua makhluk itu bisa mempunyai sifat tetap kalau memandang sifat WAHIDnya Alloh.
sifat AHADIYYAH menurut para Arifin Dzat yang bersih dari sifat tetap/nyata pada semua mahluk. Sedangkan sifat WAHIDIYYAH itu dzatnya Alloh yang nyata ada pada semua makhluk, dan semua makhluk mempunyai sifat tetap (ada) sebab memandang adanya Alloh pada semua makhluk, sehingga para Arifiin mengatakan “AL-AHADIYYATU BAHRUN-BILA MAUJIN WAL WAA-HIDIYYATU BAHRUN MA’A MAUJIN. (Ahadiyyah itu umpama laut tanpa ombak, sedangkan Wahidiyyah itu umpama laut beserta ombaknya). Yakni:  menurut pandangan para Arifin, Alloh itu di ibaratkan laut, maka makhluk diibaratkan  ombak yang di gerakkan oleh laut. Jadi jelasnya semua makhluk itu bukan Alloh.
Ke-Esaan dzat Alloh yang tidak bersekutu itu melenyapkan apa saja (makhluk),yakni tetap Alloh yang tunggal dan segala sesuatu yang selainNya itu hanya bayangan belaka yang di ciptakan / di wujudkan oleh Alloh.